Tanpa Perlu Begadang Semalaman, Inilah 8 Hal yang Perlu Kamu Lakukan Demi Nilai Sempurna Saat Ujian

Apakah kamu masih sering memakai SKS (Sistem Kebut Semalam) setiap akan menghadapi ujian?

Sistem ini memang dipercaya ampuh bagi para mahasiswa malas demi mendapat nilai bagus saat ujian. Padahal sebenarnya banyak kerugian yang akan kamu dapatkan ketika memilih sistem ini sebagai metode belajar. Tak hanya ilmu yang akan langsung menguap ketika ujian telah usai, namun kesehatanmu juga ikut dipertaruhkan.

Mulai sekarang berhenti deh menyiksa diri demi mendapat nilai bagus saat ujian. Karena Hipwee punya 8 kiat mudah supaya kamu dapat nilai sempurna tanpa perlu begadang semalaman!

 

1. Dengarkan baik-baik tiap kali dosen memberikan penjelasan. Bila perlu, buat juga rangkuman berisi materi yang beliau katakan.

belajar tanpa begadang

Jika ingin mendapat nilai sempurna saat ujian tanpa perlu begadang, kamu tak bisa lagi bersikap cuek ketika berada di kelas. Kamu wajib mendengarkan setiap penjelasan yang dosen sampaikan. Karena biasanya materi yang keluar ketika ujian tak ada di buku diktat maupun catatan, melainkan lewat apa yang dosen jelaskan secara lisan. Bila perlu kamu bisa membuat sendiri rangkuman yang khusus berisi penjelasan yang dosen katakan ketika memberikan penjelasan di kelas.

 

 

2. Aktiflah ambil bagian dalam setiap kerja kelompok bersama teman. Hal ini akan mempermudahmu untuk mengingat materi yang diperlukan.

belajar tanpa begadang

Selain aktif ketika berada di kelas, kamu juga tak boleh pasif ketika sedang belajar kelompok bersama dengan teman. Ikut ambil bagian membuatmu memahami apa yang kamu pelajari. Bahkan, terkadang kamu jadi ingat benar terhadap materi kerja kelompok karena kamu benar-benar terjun dan memberikan kontribusi nyata.

 

 

3. Setiap dosen memiliki kriteria dan syarat tersendiri untuk memberi nilai bagus pada mahasiswanya. Cari tahu kriteria penilaian seperti apa yang dimiliki oleh dosen pengajarmu sedari awal kamu mengikuti kelasnya.

belajar tanpa begadang

Setiap dosen memiliki kriteria penilaian sendiri. Ada beberapa dosen yang akan memberimu nilai tinggi ketika kamu presentasi dengan menggunakan bahasa inggris, atau dengan mudah memberi nilai A pada tema penelitian tertentu, bahkan ada pula dosen yang bermurah hati memberikan nilai bonus bagi mereka yang selalu aktif di dalam kelas. Jika kamu ingin mendapat nilai sempurna di mata kuliah tertentu, kamu wajib tahu kriteria penilaian seperti apa yang dosen terapkan pada mahasiswanya sedari awal kamu mengikuti kelasnya.

 

 

4. Pelajari juga gimana caranya kamu bisa dapat A di kelas itu. Mulai dari jumlah presensi, pengumpulan tugas, hingga nilai UTS dan UAS yang harus kamu penuhi.

belajar tanpa begadang

Selain mencari tahu kriteria penilaian dari dosen, kamu juga bisa mempelajari metode penilaian yang diterapkan oleh dosen tersebut. Misalnya saja beliau memberikan nilai berdasarkan presensi 20%, UTS 30%, dan UAS 60%. Dari sini kamu pun tahu bagian mana saja yang harus kamu kejar agar mendapat nilai sempurna di mata kuliah tersebut.

 

 

5. Buat evaluasi dan diskusi kecil-kecilan tiap kali setelah mendapatkan hasil ujian. Dari sini kamu bisa belajar memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan.

belajar tanpa begadang

Evaluasi perlu kamu lakukan tiap kali setelah mendapat hasil ujian yang sebelumnya. Apapun hasilnya kamu perlu mengadakan evaluasi, bukan hanya ketika nilaimu tak memuaskan saja. Diskusikan bersama dengan teman atau dosen untuk membahas soal yang tak bisa kamu selesaikan secara sempurna. Dari sini kamu bisa tahu dimana letak kesalahanmu sehingga ke depannya kamu tak mengulang kesalahan serupa.

 

 

6. Buat “jembatan keledai” untuk mempermudah caramu menghafalkan. Tanpa begadang semalaman, kamu dengan mudah bisa menghafal bahan ujian.

belajar tanpa begadang

Terkadang kita memang tak hanya dituntut untuk memahami materi saja, namun juga menghafalkannya. Untuk menghafalkan materi yang ada kamu tak diwajibkan kok membaca materi hingga pagi buta. Bahkan, ada metode tertentu yang membuatmu tak perlu membaca keseluruhan materi berulang kali. Terapkan saja metode “jembatan keledai” untuk mempermudah proses penghafalan.

Caranya pun cukup gampang, kamu tinggal menyingkat poin-poin materi yang akan kamu hafalkan dengan hanya mencomot satu suku kata di depannya saja dan buatlah kalimat baru yang unik dari kumpulan suku kata tersebut. Misalnya saja seperti ketika kamu menghafal tabel periodik unsur dan memberikan istilah yang lucu dan gampang diingat, seperti Bebek mangan cacing seret banget rasane. Kamu pun bisa berkreasi dengan materi lainnya dan membuat kalimat unik yang gampang kamu ingat sendiri.

 

 

7. Daripada mencorat-coret buku diktat dengan stabilo, lebih baik mencatat ulang demi membuat ringkasan. Materi yang dipelajari pun akan lebih mudah mengendap di ingatan.

belajar tanpa begadang

Mencorat-coret buku diktat dengan beragam stabilo dan menambahkan catatan kaki sebenarnya tak terlalu efektif. Hal ini justru akan membuatmu malas membaca karena bukumu terlihat penuh dengan coretan. Justru cara yang paling efektif adalah dengan membuat ringkasan dari materi yang kamu punya.

Dengan menuliskan kembali, kamu jadi bisa lebih ingat daripada hanya sekedar membacanya saja. Selain itu rangkuman yang kamu buat bisa lebih mudah dibawa kemana-mana daripada ketika kamu membawa buku diktat tebal.

 

 

8. Tak ada lagi jadwal tidur pada dini hari, jika kamu bersedia meluangkan waktu 10 menit untuk membaca ulang rangkuman setiap hari.

belajar tanpa begadang

Mulai sekarang hapus kebiasaan tidur pada dini hari dari kamusmu. Kamu bisa menggantinya dengan kebiasaan yang lebih menyehatkan. Selalu luangkanlah waktu sekitar 10-15 menit tiap hari untuk membaca ulang materi yang sudah kamu dapatkan di hari itu. Cara ini dijamin lebih ampuh untuk membuatmu hafal daripada memasukkan materi secara paksa dengan begadang semalaman.

 

Menurutmu cara yang paling efektif yang nomor berapa? Jika kamu punya kiat-kiat lainnya, tambahkan di kolom komentar, ya!

Mengintip Jatuh Bangun yang Cuma Dialami Oleh Mahasiswa Komunikasi

~ Baca artikel ini jadi senyum-senyum sendiri ya.. Makanya aku mau share juga nih (mungkin ada yang sepenanggungan juga), tulisan seorang teman dari group sebelah. Begini,, Aku yang notabene seorang karyawan swasta yang juga baru hampir 2 semester sedang menjalani menjadi mahasiswi komunikasi, emang ngerasain banget hal-hal dibawah ini. Tugas-tugas yang menyita waktu (apalagi aku sambil kerja kan,jadi waktu tuh benar-benar limited banget deh. Hufhhh sambil jalani kuliah rasanya pengen deh sehari lebihin dari 24 jam..Kurangg, buat menjalani semua ini *kerja dikantor, tugas kantor, meeting, kuliah, ngerjain tugas individu, ngerjain tugas kelompok, ngerjain tugas paper pribadi, ngerjain tugas kuliah di lapangan – yang wawancara, yang ini, yang itu..) Tapi..semakin kesini berusaha enjoy dan jalani aja, asyik juga kok.. 🙂  Nah.. buat yang selama ini nanya-nanya, kenapa sih kamu ambil jurusan komunikasi, kaya belum bisa berkomunikasi saja. Heii liat deh banyak banget yang kita mesti pelajari untuk bisa berkomunikasi dengan baik guys karena semua bidang itu butuh komunikasi.. Seperti sedikit cuplikan artikel ini :

Awalnya, kamu bingung kenapa harus belajar filsafat dan sejarah di jurusan Komunikasi. Sekarang, kamu tahu bahwa ilmu yang baik bukanlah ilmu yang mengkotak-kotakkan, tetapi ilmu yang menghubungkan. Menghubungkan satu bidang ke bidang lainnya, satu wacana ke wacana lainnya.

(halah. tapi serius nih.)

Belajar Ilmu Komunikasi membuka wawasan kamu soal HAM, kebebasan berekspresi, toleransi, dan berpikiran terbuka. Kamu baru sadar kalau ternyata organisasi butuh komunikasi. Kalau komunikasi erat kaitannya dengan pemasaran. Kalau pemasaran, psikologi, dan komunikasi bisa harus dipelajari secara bersamaan. Kalau untuk berkembang, tidak cukup berkutat pada satu bidang.

Ok, Let’s read this article guys.. 🙂

 

Siapa yang memiliki informasi, dia yang memegang kendali. Mungkin itu kenapa banyak anak muda yang berambisi kuliah di jurusan Komunikasi. Bahkan, beberapa tahun terakhir ini Ilmu Komunikasi jadi salah satu pilihan jurusan terpopuler di Indonesia. The new cool thing gitu, deh.

Tapi masuk Komunikasi gak serta-merta bikin kamu kayak Pak Jakob Oetama atau Effendi Ghazali. Ada asam garam akademis yang harus kamu telan: disangka gampang tugasnya, gak jelas kuliahnya, sampai konon sulit cari kerjanya.

Tapi tetap aja, di antara semua duka itu, yang kamu rasakan hanya gembira. Lah, kok bisa? Iya. Memang cuma mahasiswa Komunikasi yang paham gimana bisa bahagia belajar di jurusan seperti ini:

 

1. Jika banyak orang kuliah biar gampang kerja, anak Komunikasi hanya menghidupi cita-cita masa kecilnya.

Sebenarnya kamu cuma mengejar impian masa kecilmu

Banyak anak Komunikasi yang akhirnya masuk jurusan ini karena pas kecilnya kebanyakan nonton berita. Dunia Dalam Berita di TVRI, lebih tepatnya.

 

2. Impian mereka? Supaya bisa jadi anchor atau jurnalis terkenal!

Agar bisa jadi anchor

Walaupun di masa kecil kamu sering nonton berita, sebenarnya sih yang kamu suka bukan isi beritanya. Para anchor di TV-lah yang bikin kamu terpana. Arief Suditomo, Desi Anwar, Jeremy Teti, Ira Kusno…yah, kalo sekarang semacam Marissa Anita atau Tim Marbun gitu deh. Kamu pun bertekad: kalau besar, kamu mau jadi kayak mereka.

Atau mungkin dari kecil kamu suka baca koran dan memoar perjalanan wartawan kayak Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Idealisme mereka bikin hati kecilmu membara. (Gila, ada bener gak ya anak kayak gini.)

 

3. Bisa juga, kamu berambisi masuk Komunikasi karena penasaran sama iklan di TV

Penasaran sama iklan

Awalnya, kamu terpesona karena jingle iklan yang sangat mudah diterima telinga. Jargon iklannya pun bisa berputar di kepalamu hingga berhari-hari, padahal iklannya sendiri cuma berapa detik. Lama-lama kamu pun penasaran gimana sebuah iklan dibuat.

Sama kayak iklan, film juga bisa menyihirmu. Rasanya seru membayangkan gimana kerennya dirimu saat bisa memproduksi, menyutradarai, atau menjadi penulis naskah sebuah film. Kamu pengen kayak Stanley Kubrick, Alfred Hitchcock, Usmar Ismail dan Garin Nugroho yang bisa menyihir orang lain lewat karya-karya mereka. Itu mimpi besar sih, tapi ‘kan bukan dosa juga.

 

4. Mungkin juga kamu masuk Komunikasi karena (dalam pikiranmu) itu cool aja

Keren aja gitu

Mungkin karena stereotip, kamu beranggapan anak-anak Komunikasi itu gaul-gaul semua. Pinter ngomong, bisa bawa diri, dan kalau cantik atau ganteng bisa jadi artis. Padahal sih sebenarnya nggak juga.

 

5. Tapi, ada juga anak yang masuk karena mengira kerjaan mahasiswa Komunikasi adalah merakit ponsel. What?!

Bikin handphone??!

Lah? Komunikasi? Maksud kamu “telekomunikasi”, kali!

 

6. Ketika kamu utarakan niat untuk mengambil Komunikasi, orang tua bertanya: “Itu Kuliah Apa Sih, Nak?”

Jurusan Akuntansi belajar pembukuan, hitung-hitungan, pajak, dan sedikit ilmu wiraswasta. Jurusan Kedokteran belajar anatomi, virologi, sampai etika biomedis. Jurusan Komunikasi belajar apa?

 

7. Pertanyaan berikutnya yang diluncurkan: “Kalau udah lulus, emangnya bisa jadi apa?”

Mau jadi apa, Nak?

“Kamu mau bisa nulis? Memangnya sekarang kamu belum bisa nulis? Terus Papa ngajarin apa dulu pas kamu kecil?

Mau pinter bicara? Lah, memangnya sekarang belum bisa bicara?”

 

8. Tapi Pak, Bu, kuliah itu buat nyari ilmu, bukan buat nyari kerja!

Santai terus...

Udah pintar ngeles bisa menyampaikan maksud seperti itu, berarti kamu punya bakat alamiah buat kuliah di jurusan Komunikasi! Kamu pun makin yakin dengan masa depanmu.

 

9. Kamu ngebet langsung kuliah aja, sampai lebih mentingin SNMPTN daripada UN

Separuh pikiran udah di jurusan komunikasi

Padahal kamu harus lulus UN dulu baru bisa ikut SNMPTN. Semangat!!

 

10. Setelah menunggu sekian lama, kamu dapat kepastian bahwa kamu DITERIMA!

Yeeeeey! Aku diterimaaaa! Pa, Ma! YEEEY! Masa depanku cerah!

 

11. Deg-degan plus penasaran, kamu semangat datang di kelas pertama

Kelas pertamanya kayak apa, ya?

 

12. Kamu udah gak sabar banget mau belajar tentang iklan, film, jurnalisme, public relations, TV, dan media baru.

Ibu, perhatikan aku Ibu!

“Bapak, Ibu, jadikan aku pembawa acara terkenal! Jadikan aku penulis handal calon pemenang Pulitzer! Jadikan aku fotografer seperti Darwis Triadi! Aku siap belajar di bawah sayapmu dan cahaya pelitamu!”

 

13. Sayangnya, kamu tidak tahu kenyataan sebenarnya. Kamu tidak tahu apa-apa.

Ini kitab wajibmu.

Bukannya belajar soal metode penulisan naskah film atau teknik-teknik dasar wawancara, di semester awal kamu justru bakal dihajar mata kuliah “Sejarah Sosial dan Politik Indonesia” dan “Pengantar Ilmu Politik”. Semangatmu pun langsung pudar.

I didn't sign up for this!

Kamu pun sadar ini semua gara-gara jurusanmu tergabung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hah. Kamu gak tahu apa ini keuntungan atau kutukan.

 

18. Realita mengejutkan berikutnya adalah dosenmu tidak (setidaknya belum) mengajarkan hal-hal yang kamu tunggu-tunggu

Kenapa malah di sini?

Untungnya, selain mata kuliah ilmu politik kamu juga mulai diajarkan ilmu komunikasi yang sebenarnya. Tapi apakah disini kamu bakal diajarin skill mewawancara? Mengambil gambar? Mengerjakan desain grafis? Memproduksi siaran?

TIDAK!

Kamu malah akan dapat kuliah soal sejarah, teori, dan analisis. Nama-nama mata kuliahmu:

  • Pengantar Ilmu Komunikasi
  • Perkembangan Teknologi Komunikasi
  • Filsafat Ilmu dan Logika

 

19. Setelah satu semester berlalu, kamu tersadar bahwa jurusan ini di luar ekspektasimu

(agak) di luar ekspektasi

Ilmu komunikasi jauh di luar bayanganmu selama ini. Dan pastinya sangat jauh dari bayangan orang-orang yang gak kuliah Komunikasi sama sekali.

 

20. Kamu pun mulai bertanya-tanya…

Hm...

“Gue salah jurusan kali ya??”

 

18. Tapi ilmu nggak peduli pada kegamanganmu. Tetap ada bertumpuk-tumpuk buku yang wajib kamu selesaikan.

Belum satu semester

Namanya juga mahasiswa, ya harus baca buku juga! Mau gak mau kamu mulai berkenalan dengan nama Harold Laswell, Denis McQuail, Habermas, dan Littlejohn.

Padahal mungkin kamu gak pernah baca buku-buku setebal ini sebelumnya. Palingan juga kamu baca Golden Boy.

 

21. Anyway, jujur aja. Pas pertama kali dengar nama Littlejohn di kelas, kamu pasti membayangkan wajah ini…

Ini Lil Jon Namanya

 

22. Biar kami bantu, ini baru yang namanya Stephen W. Littlejohn…

Littlejohn

 

23. Semakin lama kamu belajar di jurusan ini, semakin berat juga tuntutannya!

Tugasnya mulai praktik

Akhirnya, setelah semester pertama terlewati tugas bersifat praktikum datang juga. Kamu mulai harus menulis berita. Kamu mulai diajari bagaimana memegang kamera.

Tapi bentaaar….kok tugas fotografi, produksi siaran, produksi iklan, dan produksi majalah barengan ya? Kapan kamu tidurnya? Hahahahaha.

 

24. Setelah bertahan cukup lama di jurusan Komunikasi, kamu mengerti bahwa ilmu yang baik adalah yang mengeksposmu pada berbagai macam topik

Eksposure ke berbagai topik

Awalnya, kamu bingung kenapa harus belajar filsafat dan sejarah di jurusan Komunikasi. Sekarang, kamu tahu bahwa ilmu yang baik bukanlah ilmu yang mengkotak-kotakkan, tetapi ilmu yang menghubungkan. Menghubungkan satu bidang ke bidang lainnya, satu wacana ke wacana lainnya.

(halah. tapi serius nih.)

Belajar Ilmu Komunikasi membuka wawasan kamu soal HAM, kebebasan berekspresi, toleransi, dan berpikiran terbuka. Kamu baru sadar kalau ternyata organisasi butuh komunikasi. Kalau komunikasi erat kaitannya dengan pemasaran. Kalau pemasaran, psikologi, dan komunikasi bisa harus dipelajari secara bersamaan. Kalau untuk berkembang, tidak cukup berkutat pada satu bidang.

 

25. Pengetahuanmu meluas dan ketertarikanmu pun muncul di bidang-bidang yang lebih beragam

Bertemu banyak orang, ketertarikanmu makin luas

Dulu, kamu gak pernah kepikiran bakal menikmati bikin iklan. Mungkin kamu masuk Komunikasi karena bercita-cita kerja di koran. Dulu kamu nggak tertarik sama yang namanya Komunikasi Politik. Sekarang bidang ini jadi cita-citamu. Sepanjang Pilpres 2014 kemarin, misalnya, kamu asyik banget mengawasi kampanye masing-masing calon.

 

26. Dampak “buruk”-nya sih…kamu jadi ragu ketika harus memilih konsentrasimu~~

Awalnya ingn jadi humas malah kepincut jurnalistik

“Mana nih yang mau diambil? Jurnalisme, public relations, periklanan?”

*harus shalat istikharah dulu*

27. Gak jarang, yang tadinya pengen jadi PR malah ngambil jurnalisme. Yang niat jadi jurnalis, malah masuk periklanan~~~

Bakal pisah, deh

Pindah-pindah “aliran” udah jadi hal yang lumrah bagi mahasiswa Komunikasi. Biasa, tuntutan jurusan. Kita ‘kan harus luwes dan gampang adaptasi gitu.

 

28. Itu baru penjurusan. Kita belum bicarain skripsi, ya…hahaha…

Gampang?

Orang anggap skripsi Komunikasi itu gampang. Bro, padahal nggak juga Bro. Butuh riset dan waktu penelitian yang panjang. Nggak jarang bisa sampai bertahun-tahun, lho!

 

Status sebagai mahasiswa Komunikasi membuatmu sering menerima komentar absurd dari orang lain

 

30. Pertama, mereka akan mengkritisi penampilanmu “Wah, anak komunikasi ya? Tapi muka kamu kok gak kayak anak Komunikasi? Kurang ganteng/cantik!”

Siapa bilang kami hedon?

Sungguh kejam! Masa anak komunikasi distereotipkan dengan penampilan ganteng atau cantik, gaul, sukanya hedon. Harusnya mahasiswa komunikasi juga dilihat sama seperti mahasiswa lain, dari prestasi dan karyanya!

 

31. Lalu teman-teman non-jurusan Komunikasi akan bilang: “Udah Kuliah di Komunikasi Masih Aja Gak Jago Ngomong…

Berkomunikasi itu bukan cuma dengan berkoar-koar di depan publik

“Kalau ngomongnya sembarangan kayak situ, semua orang juga bisa!!!”

Lagipula siapa yang pernah bilang ilmu komunikasi sama dengan terapi bicara? Ada banyak saluran buat manusia untuk menyampaikan pesan, bukan cuma berkoar-koar doang.

 

32. Bila ketemu kenalan baru pasti kamu disangka pintar pidato di depan publik

Emang benar kami dibekali skill public speaking, tapi bukan itu saja yang kami pelajari

Bapak dan Ibu yang terhormat, semua orang bisa pidato tanpa harus kuliah di jurusan komunikasi dulu.

 

33. Menjadi mahasiswa komunikasi, kamu juga sering disematkan predikat negatif. Selain dibilang suka hedon, kamu juga dikira punya ilmu berbohong

Ini contoh creative brief buat anak-anak iklan, apa pernah kami diminta bo'ong?

Sodara Jauh : Ambil kuliah jurusan apa?

Mahasiswa Komunikasi : Ambil ilmu komunikasi, om.

Sodara Jauh : Wah ilmu berbohong, dong!

Mahasiswa Komunikasi : Lho kok bohong om?!

Sodara Jauh : Itu iklan, isinya bohong semua. Yang bikin ‘kan anak komunikasi

Mahasiswa Komunikasi : Untung kita cuma bersaudara jauh, om!!! (diucapkan dalam hati seperti sinetron GGS)

 

34. Kreatif kok dibilang bohong?!!!

Kreatif dibilang bohong

Please, tolong bedakan antara metode komunikasi yang persuasif dan berbohong. Berbohong itu kalau kita mengungkapkan fakta yang tidak sebenarnya. Saat sebuah fakta yang diungkapkan dibungkus dengan kreativitas agar terlihat lebih menari, ini adalah upaya kami untuk meyakinkan orang lewat metode komunikasi yang persuasif.

 

Emang ada-ada aja anggapan orang soal mahasiswa Komunikasi, padahal yang kami kerjakan di kampus itu ini, lho…

 

 36. Kamu Wajib Mempertajam Analisamu Soal Fenomena Komunikasi Sehari-Hari

Udah biasa...

Untungnya kamu tinggal di Indonesia, negara di mana fenomena sosial, politik, ekonomi, dan hukum selalu bisa dilihat dari bingkai komunikasi. Tinggal nonton TV 10 menit, kamu udah dapat bahan buat menulis esai. Memang terdengar simpel, tapi jika ini dilakukan setiap hari selama 4 tahun? Bisa-bisa muntah koran kamu!

 

37. Memahami Hukum dan Etika Media di Indonesia Sebelum Menulis Berita

Hukum dan Etika

Lalu membandingkannya dengan negara lain hanya untuk mengetahui bahwa praktik media massa di negaramu is sh*t as hell.

 

38. Gak Banyak yang Tahu Kalau Mahasiswa Komunikasi Harus Meriset Pasar dan Mempelajari Demografis Konsumen. Proses ini Membuatmu Harus Berhari-Hari Brainstorming dan Gak Pernah Tidur Lebih Dari 4 jam

Macam-macam orangnya

Semua itu dilakukan hanya demi kalimat, “Oke, nice” dari dosenmu. Fyuuuuhhhh~

*kemudian langsung hibernasi*

 

39. Bikin Iklan Itu Juga Nggak Semudah Menjentikkan Jari

Bukan soal photoshop doang

Proses menciptakan iklan berdurasi 30 detik:

  • Memahami brief dari dosen
  • Cari ide yang sesuai
  • Bikin script
  • Cari talent
  • Proses produksi yang menguras tenaga
  • Editing yang penuh tantangan, sampai harus berkonflik sama teman satu kelompok
  • Pitching ke dosen
  • Belum tentu dibilang bagus

NAH LHO, ITU BARU BIKIN IKLAN SETENGAH MENIT LHO. GAMPANG HMMM? GAMPANG?

 

40. Biarpun masuk jurusan sosial, masih jarang orang tahu kalau di Jurusan Komunikasi juga ada praktikumnya

Standar siaran

Bukan praktikum fisika atau kimia yang melibatkan tabung reaksi. Di jurusan komunikasi ada praktikum siaran televisi, siaran radio, fotografi dan praktikum jurnalistik.

 

Bukan cuma saat kuliah, sesi brainstorming juga terus kamu lakoni saat sudah menjadi pencari kerja. Harus pinter-pinter putar otak biar bisa diterima

 

41. Jadi anchor, jurnalis, atau reporter ternyata tak semudah yang kamu kira

Tina Talisa dulunya dokter gigi

Gak percaya? Liat aja Tina Talisa yang latar belakang pendidikannya dokter gigi. Najwa Shihab, anchor ternama itu juga datang dari Jurusan Hukum. OOOH, KENAPA KALIAN MENGAMBIL LAHAN KAMI. KENAPAAAA????

 

42. Ikut ujian CPNS, kamu juga menggantungkan harapan pada lowongan yang dilabeli untuk “Semua Jurusan”

Berjuang...

Bahkan Kementertian Komunikasi dan Informatika aja gak bisa kamu harapkan sebagai benteng perlindungan terakhir.

 

43. Bekerja di bidang media dan dunia kreatif juga bukan berarti minim perjuangan. Masih harus ikut training dan belajar lagi

Belajar lagi deh

Kayaknya ijazah kamu cuma buat legitimasi pemanggilan wawancara kerja, deh.

 

Jadi, masuk Jurusan Komunikasi Itu Banyak Dukanya Dong?

 

44. Eitss, jangan salah. Seberat apapun perjuangan kamu menjadi mahasiswa dan lulusan komunikasi, kamu gak pernah menyesali pilihanmu

No regret

45. Menjadi Mahasiswa Komunikasi Membuat Kamu Jadi Orang yang Selalu Berpikir Kreatif

Selalu mencoba melakukan secara kreatif

 

46. Belajar di Jurusan Komunikasi membentukmu jadi pribadi yang berpikiran terbuka. Kamu tak lagi mudah mempercayai satu sumber informasi, selalu ada media lain yang bisa jadi bahan pembanding

Berpikiran terbuka

 

47. Komunikasi membuatmu berani menyelami bidang-bidang yang selama ini gak pernah kamu sentuh sebelumnya

Udah gak canggung lagi baca statistik

Di jurusan ini kamu mencoba untuk memahami pasar, mengerti cara berpikir manusia, mempelajari psikologi dan melek hukum. Mahasiswa komunikasi memang dituntut untuk punya kemampuan adaptasi selicin belut. Harus tahu banyak dan mau terus belajar banyak hal.

 

48. Lingkungan Pertemanan Di Jurusan Komunikasi Juga Asyik. Kalian Selalu “Guyub” , Kalau Ada Teman Yang Berprestasi Satu Jurusan Girang Bukan Kepalang

ITU TEMEN-TEMEN GUE!!!

 

49. Belum lagi jajaran dosen yang melihat mahasiswanya sebagai teman belajar, bukan sekedar anak didik

Selalu muda

Mereka berusaha keras untuk tampil fresh dengan bergaul dengan anak muda, selalu up to date karna gak mau ketinggalan dari mahasiswa, dan gak jarang beberapa dosen komunikasi lebih senang dipanggil dengan sebutan “mas”, “bang”, atau “mbak”.

 

50. Apapun Persepsi Orang, Menurutmu Jadi Anak Komunikasi Itu Nyenengin. Kalian Punya Kemampuan Untuk Mengarungi Dunia Dengan Santai

Selow, yang penting video kita jadi

Ada tugas menulis? Nanti aja, tunggu menit-menit terakhir dikerjakan. Dosen nanya mau ujian tertulis atau take home? Ya, take home-lah!!! Anak komunikasi juga gak kenal dengan yang namanya dress code. Kamu percaya bahwa berpakaian rapi gak ada hubungannya dengan isi otak kamu.

Selow~ yang penting tugas jadi.

 

51. Jurusan Komunikasi memberikan ruang bagimu untuk terus mengembangkan diri

Anak-anak kreatif

Belajar di Jurusan Komunikasi itu gak ada titik berhentinya. Kalau kamu mau bertahan, kamu harus terus belajar untuk membaca tren dan mengikuti keinginan pasar.

 

52. Tugas-Tugas yang Berat Tapi Mengasyikkan Membuatmu Terus Merasa Tertantang

Tugas menantang itu asyik

Begadang bikin film, menggodok ide untuk iklan, sampai menulis news feature itu sama sekali gak gampang. Tapi selalu ada kepuasan setiap kamu menghasilkan suatu karya. Selalu ada kebahagiaan saat informasi yang kamu sampaikan ternyata bisa membawa perubahan bagi kehidupan orang yang menerimanya.

 

52. Banyak orang bilang kuliah Komunikasi itu isinya hura-hura? EMANG IYA! Kami bisa berhura-hura, karena kami bahagia menjalaninya!

Mau dibilang kuliahnya gak jelas, cari kerjanya susah, tukang bo’ong, mahasiswanya pemalas dan sebagainya kamu gak pernah menyesal kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Suasananya yang rame tapi tetap santai, anak-anaknya yang kreatif serta dosen-dosen yang lumayan “gaul” dan melek teknologi membuatmu bersyukur udah memilih jurusan yang sesuai dengan selalu dipandang sebelah mata namun sebenarnya punya pengaruh besar dalam arus informasi, pemasaran dan penyelesaian konflik.

 

Anak-anak komunikasi sini tos dulu dah!

 

 

 

 

Sumber : http://www.hipwee.com